Jumat, 10 Februari 2012

Cerita Sahabat

Hari itu gerimis menyisakan dingin seperti membalut raganya yang mulai rapuh, pesona alami yang dikaguminya selama ini, membuatnya terus menyandarkan masalah demi masalah pada Sang Pemilik, keadaan yang natural kadang membuat dirinya berkemoflase dibawah alam bawah sadar, seolah memiliki dinding yang memisahkan ruang kendali akal, dengan kesadarannya hal ini berlaku ketika sebuah energi telah berhasil menembus dimensi logika, dan memanipulasi sebuah ruang diantara sekian banyak ruang dan aku menyebut energi itu adalah cinta, seperti kata para ahli cinta bisa memanipulasi logika, dan itulah yang terjadi pada sahabatku yang satu ini.....
Dia telah melewati tes psikologis dengan panduan buku tes psikologi manusia dan kesimpulannya dia memiliki persentase penggunaan logika lebih dominan dibandingkan penggunaan perasaan, selama ini dia menyakini 100% hal ini benar, oleh karenanya ia selalu menyandarkan segala permasalahan pada logikanya yang mungkin terlalu polos untuk memaknai dan memahami segala permasalahan hidup, lebih mendahulukan logika dibanding perasaan hal inilah yang selalu menjadi rumus setiap kali dia menghadapi masalah atau tatangan, meski dia sadar tidak semuanya bisa dilogikakan.
Baru-baru ini kami bertemu sudah sekian lama kami tidak berkumpul dan berbagi informasi tentang apa yang kami jalani dalam hidup ini, Alhamdulillah dia telah meyelesaikan studinya, dan berharap kelak bisa menjadi pribadi yang selama ini ia impikan, kemandirian ketegasan dan disiplin tinggi itulah yang dia inginkan, sahabat itulah kata yang menenangkan selain kata kekasih, jika menyadari kehadiranya maka hati ini akan tenang, terserah kita siapapun yang menurut kita patut dianggap sahabat, karea begitulah sahabat selalu saja mengisi ruang derita dengan siraman pengertian, nasehat dan kasih sayang, adara adeeba nama sahabatku yang serius tapi tidak bisa tegas apalagi pada dirinya, kali ini aku akan bercerita tentang dirinya setelah sekian lama kami tidak pernah berjumpa dan beberapa waktu yang lalu kami sempat bertemu. Dan untuk sebuah perpisahan yang cukup lama hanya terbayaarkan dengan satu senyuman ditambah segudang cerita yang tak beraturan,penuh canda, tawa, air mata, berbeda sewaktu kami kanak-kanak, hanya ada permainan dan pertengkaaran tapi seperti itulah kisah kami.. ..(smoga kali ini dia tidak protes ketika kutulis kisahnya dalam kisahku), seperti bait puisi ini..
ukuhuwah itu...
Bukan terletak pada pertemuan...
Bukan pula pada manisnya ucapan di bibir...
Tapi , pada ingatan seseorang
terhadap saudaranya di dalam doanya
seseorang yang istimewa, bukan yang selalu didepan mata...
dan bukan juga yang senantiasa di sisi kita
tapi, ia yang setia dihati
dan mengingat kita dalam setiap bisikan doanya
semoga wajahku selalu ada disetiap rabithamu ukh...
karena sesungguhnya hati ini telah bertaut erat
dalam ukhuwah yang wonderfull and powerfull ini.. diambil dari potongan sms seorang ukhti

melihat wajahnya yang sendu rasanya hatiku melambai menuju kebahagiaan
oh sahabatku yang terpisah sekian lamanya kini wajah aslimu tampak berbeda, mengarungi waktu tanpaku kini kau terlihat dewasa, tidak ada mimik manja, tidak ada mimik keceriaan khas anak-anak, kini garis wajahmu penuh dengan kesahajaan dan kekuatan aku bisa merasakan pancarannya, ditambah lagi pemandangan balutan busanamu yang auranya penuh kesucian, kau telah menjadi muslimah setelah dulu kita berdebat soal ini, tapi sudahlah semuanya terasa cukup... cukup ....aku bangga menjadi sahabatmu to be continued

sahabatku memang berubah 180 derajat memang dulu ia adalah sosok yang tomboi tapi sangat manja, dia menyukai hal-hal yang membuatnya merasa menjadi seorang pengamat, tepatnya ia sangat suka mengamati bayak hal termasuk prilaku manusia disekelilingnya dan kini itu semua terpuaskan dengan gelarnya sebagai sarjana pisikologi, sebuah cita-cita yang menjadi mata rantai mimpi-mimpinya itu katanya, perjalanannya menjadi seorang pisikolog amatiran membuatnya berjumpa pada sosok kepribadian yang tidak ada dalam cacatan teorinya selama ini sebuah pribadi yang identik dengan spiritualitas, sosok religus yang tidak sengaja dia kagumi, dan sosok ini pulalah yang membuatnya bermetamorfosisi menjadi seorang muslimah sejati
disuatu tempat aku tak tahu namanya
aku duduk terdiam menunggu dengan hati penasaran
menunggu sesuatu yang tidak sengaja memikat hati ini
kutunggu dan selalu kutunggu tidak ada alasan yang jelas
hanya ada satu hal yang tidak bisa kumengerti membuatku begini
ah sudahlah semua itu tidak penting,
bahkan seharian waktuku habis untuk menunggu itu juga tak penting
yang terpenting adalah bagaimana aku tahu,
apa yang kau miliki hingga degub jantungku kini berubah aneh
seperti itulah awalnya dari rasa berubah menjadi asa, dan dari asa itupula mengantarkan adaara seperti sekarang ini, cerita begitu melankolis ia utarakan setiap halama-halaman mailnya membuatku kadang tersenyum dan khawatir lantaran kutahu awal perubahannya menjadi seorang akhwat adalah dari rasa kagum itu pada seorang ikhwah dikampusnya, tepatnya mereka kuliah difakultas yang sama yaitu fakultas pisikologi, aku takut ini tidak membuatnya istiqomah karena niatnya pun dunia semata, Ah tapi aku tidak lebih tahu soal ini, apapun motivasinya hingga ia berubah toh hanyalah awal yang belum berakhir, kelak kepahamannya dengan semua yang mengiringi langkahnya selama ini mungkin akan merubah niatnya dipertengahan bahkan akhir, bukankah keihklasan itu juga butuh proses, dan proses panjang itu membuat saudariku ini semakin memaknai dirinya sebagai seorang muslimah sejati alhamdulillah...
semakin lama komunikasi kami via email diyahoo.. membuat kekhwatiranku lenyap, dari cerita melankolis itu kini setahap demi setahap berubah menjadi cerita tentang ghiroh dan cinta yang sebenarnya, syukurku doaku untuknya terkabul. Adara aktif di salah satu organisasi ekstra dikampusnya yang berafiliasi dengan dakwah kampus dari situ ia menjadi sangat hiperaktif mengurus ini dan itu, mulai belajar mengisi pengajian bahkan berani menambah kelompok halaqoh untuk ia bina, demi semua itu iapun intens mengikuti pengajian-pengajian bersama ustadz dan mengambil kursus bahasa arab, betapa luar biasa perubahannya bahkan aku iri dengannya, karena sampai sekarang aku belum mengikuti kursus bahasa arab. Selama ini kami lebih sering berkomunikasi lewat mail, atau hanya sms sekedar menanyakan kabar. Betapa ingin kulihat ia lebih nyata dihadapanku dan memeluknya erat-erat dan berbisik hal-hal yang membuat tertawa cekikikan seperti, mengingatkannya tentang pengalaman kami sewaktu SMA dulu, pengalaman kami menjahili seorang cowok narsis disekolah kami, kalw diingat-ingat sangatlah membuat kami malu dan disaat bersamaan kami tak bisa menahan tawa karena sangat lucu, dulu kami selalu jalan berdua kebetulan kami sekelas Adaara saat itu adalah gadis belia yang rada tomboi namun pancaran kecantikannya tak berkurang sedikitpun, banyak teman laki-laki yang menyukainya bahkan bersaing untuk mendapatkannya, tapi semuanya tak ada yang berhasil Adaara tidak seperti dengan gadis remaja lainnya, yang menginginkan kehadiran seorang spesial saat itu, selain aku ia tidak begitu dekat dengan yang lain, masa SMA kami habiskan bersama, entah diruang perpustakaan kami sering membaca bahkan berdiskusi, kadang juga tertidur sampai perpustakaannya tutup, ataukah hanya duduk bersama menceritakan diri kami masing-masing di taman dekat sekolah, Adaara selalu bermain kerumah dan mengerjakan tugas sekolah bersamaku, kami juga ikut bimbingan belajar bersama, Adaara anak seorang pengusaha ternama dedaerahku, hanya saja ia tidak tinggal dengan kedua orang tuanya, ia tinggal dengan neneknya dan pamannya, Adaara sangat disayang namun ia tidak menyukai perhatian lebih dari keluarganya, ia lebih suka bersamaku tinggal dan tidur dirumahku yang sederhana, sampai suatu waktu Ayahku dipindahkan tugaskan ke Kota Samarinda. Hanya 4 tahun kami bersama sejak SMP sampai SMA kelas 1, aku harus pergi meninggalkan sahabatku satu-satunya. Dia tidak terlihat bersedih ia tetap tersenyum dan memintaku untuk sering-sering menghubunginya dan jika liburan aku harus datang mengunjunginya, aku hanya menahan tangis perpisahan dengan membalas senyumannya ia pun memelukku sambil menepuk-nepuk pundakku. Meski ia terlihat tegar aku tahu ia akan sangat kehilangan seorang sahabat, aku tahu karena dia sangat sulit dekat dengan orang ia terkesan individual dan lebih sering menyendiri, namun kini semuanya tergantikan dengan harga kehidupan yang tak ternilai, dimana-mana Adara dikenal banyak orang, khususnya dikalangan ADK hingga sarjana Adara masih sering diundang membawakan sebuah seminar khususnya masalah psikologi maklum ia juga mantan pengurus senat yang aktif dan vocal namun ia tetap disenangi, usianya kini beranjak dewasa 24 tahun cukuplah untuk dikatakan siap membina sebuah rumah tangga atau menyandang gelar istri sholehah sebagai penyempurna identitas kemuslimahannya, tapi tidak hingga usianya kini melewati 24 tahun Adara tetap tidak memberi target untuk hal itu, ia lebih senang menargetkan karirnya khususnya dalam hal dakwah, meskipun beberapa kali Uztadzah menyarankan tapi sepertinya ada target lain yang ingin dicapai terlebih dahulu, setahuku dia membina 5 halaqoh akhwat dikampus dan 1 untuk halaqoh teman-teman kerjanya dikantor, sementara itu impiannya menjadi dosen psikologi pun sudah terwujud, belum lagi LPJ sebagai Ketua Jarmus sudah dia laksanakan dan hasilnya diterima dengan sangat baik, sementara posisinya sebagai pembina Organda, dan juga Senat Mahasiswa Psikologi sudah selesai masa kerja, apa lagi yang dia targetkan… mungkinkah dia masih menyimpan benang-benang harapan pada sang ikhwan?, aku tidak tahu itu sudah lama sekali dia tidak menyingung soal itu bahkan dari bahasa tubuhnya pun sepertinya dia telah melupakan masa-masa melonkolis 4 tahun silam.. lalu apa yang membuatnya betah bertahan menjadi akhwat yang menyendiri ditemani kesibukan yang tiada henti… belakangan kami tidak lagi mengirim mail satu sama lain.. mungkin sudah dua bulan, ku fikir dia saking sibuknya sampai lupa berbagi cerita , dan kuputuskan untuk tidak bertanya dan menunggu saja kabar darinya. Tapi jujur kadang aku penasaran dan selalu ingin menebak apa yang ada dalam fikirannya, Adaara ada apa dengan mu mungkinkah kau lupa dengan apa yang pernah kau impikan soal teman sejati di taman penuh cinta?...To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar