Selasa, 14 Februari 2012

Catatan Angin part I

Bintang kecil seperti sebuah syair lagu anak-anak
Ternyata tak sekecil yang kita kira,
Ternyata…
Jauh dipelupuk mata pada batas pandang
ia sangat besar dan mengangkasa
mungkin ia bahkan seperti sang raja siang
bintang itu gemerlap diantara gelap,
bukan menyilaukan laksana surya
memang bintang yang elok itu
tak mungkin bisa disejajarkan dengan
matahari yang kokoh perkasa namun bersahaja
ia bintang hanya tetap menghias langir gelap, atau
menambah lukisan alam bersama rembulan
pesonanya memudar ketika sang surya merajai siang
tepatnya ketika siang tiba
bahkan venus hanya mampu menampakkan kejoranya
itupun ketika ia bergegas mendahului fajar
sekali lagi bintang dilangit gelap memang mempesona
namun karena surya yang gagah telah menitipkan cahaya kemilaunya
pada beribu-ribu bintang dialam semesta ini.
“ semoga bias mengambil pelajaran diantara semesta, adakalanya kita harus mengangkat pesona namun tak harus kita mengabaikan bagaimana agar kita bermanfaaat sebesar-besarnya bagi sesame”
Sebuah perjalanan hidup memang harus disertai kesabaran dan ketenangan, tidak mengumbar-umbar ambisi atau hasrat terselubung, tapi justru memancarkan cahaya  potensi kita pada sesame
Kelak, mungkin hari ini, esok, lusa, atau kapanpun itu ia akan melampaui ambisi kita, hingga orang lain akan takjub, iri bahkan tak percaya…
Tapi yakinlah rahasia scenario sang pencipta pasti indah
Menyentuh ruh…
Mengejutkan jiwa
Tapi ia mungkin menjadi bagian dari realita hidup ini
Maka beruntunglah orang-orang yang bersabar…
Seperti kesabaran sang surya menyinari alam hingga hijau
Menyinari laut hingga biru berkilau
Menyinari hari ini hingga kita bangkit berlari
Sungguh kesabaran akan selalu melahirkan berjuta manfaat…

Sabtu, 11 Februari 2012

Sebuah Jejak Perenungan

Be The Best
Saya ingin mengurung  diri dan bergaul dengan kata mungkin akan menjadi rutinitas sederhana yang menyenangkan melakukan hal-hal yang jarang dilakukan orang adalah pilihan paling tepat untuk memperoleh hal baru yang aneh. Yang penting ada tujuan ada jalan,dan masih ada tekad yang mengiringi perjuanganku lakukan apa saja sampai takdirmu terungkap.

Tatkala manusia terpojok oleh situasi atau masalah, di saat itulah mereka akan mencari sandaran atau tempat untuk berteduh atau bahkan lari dari masalah, namun kerap itu terjadi akan membuatnya segera sadar bahwa Tuhan selalu ada disaat manusia membutuhkan pertolongan dan tak ada lagi yang bisa menolong selain Dia… jika kesendirian menjadi pilihan satu-satunya untuk mewarnai hidup kita, kesendirian yang menisbatkan dirinya hidup bersama sepi dan merangkai hari-harinya hanya dengan kata-kata yang terlahir dari ketenangan,  maka mungkin aktivitas perenungan menjadi begitu menyenangkan  dan ketika alibi manusiawi untuk mencari solusi atas dirinya yang dirasakan bermasalah menjadi kesadaran yang murni. Muhasabah dan makna kehidupan selalu berdampingan asalkan kita tahu bagaimana meletakkan keduanya dalam sebuah kepasrahan dan penghambaan pada sang Khlaik dan hikmah atasnya adalah sebuah keniscayaan. Asset berharga dan fundamental adalah diri kita sendiri dengan segala sisi fitrawih dan keunikan yang dibawanya sejak ia diciptakan merupakan hal yang mesti kita sadari, jadi boro-boro mengeluh dengan masalah orang lain yang hadir dalam kehidupan kita, mestinya kita memikirkan tentang diri kita mau seperti apa, atau akan kemana kita selanjutnya… bukan untuk mendoktrin agar menjadi individual justru berangkat dari kesadaran pribadi maka serta merta” kehadiran social “ kita secara gamblang bisa kita rasakan. Maka maknailah dirimu sebagaimana para salaf dan ulama memaknai diri mereka bukankah kehadiran  mereka sejak dahulu hingga sekarang masih terasa bahkan memiliki pengaruh yang kuat, ini tidak lepas dari seni atau tata kelola diri mereka yang paripurna  sehingga kehadiran social mereka tidak ditelan masa meski raga dan jiwa  mereka telah tiada.
Saya selalu menyebut  pesona karena pesona selalu memiliki pengaruh dan hal inilah secara tidak terencana dimiliki oleh mereka menjadi warisan sejarah yang membuat kita kagum bahkan tak percaya bahwa ada manusia seperti mereka, pesona itu muncul lewat kearifan dan kebijaksanaan, lewat keimanan dan pengetahuan, lewat perjuangan dan kepasrahan mereka, masih teringat sosok dan figure Salahuddin Al Ayyubi yang merupakan anak dizamannya yang memikat para panglima atau bahkan ahli perang  dari penjuru negeri yang pernah mengenalnya atau bahkan hanya sempat mendengar namanya dan sepak terjangnya, beliau adalah salah satu pewaris tahta kesholehan para salaf yang mendarah daging dalam dirinya, jika kita menceritakan dari awal bagaimana kepribadian beliau maka mungkin kita tak pernah menyangka  Salahuddian bakal menjadi salah  tokoh peradaban yang mampu menggetarkan  hati- hati setiap manusia dizamannya, Beliau tumbuh dan dibesarkan dilingkungan kesatria namun tetap karakter kesholehannya memancarkan kerendahan hati , santun serta penuh belas kasih terhadap sesama sekalipun itu adalah musuhnya sendiri
Hal yang monumental dari beliau bahwa ketika Salahuddin memimpin pasukan Muslimin melawan tentara Salib diperang Hattin dan berhasil menaklukkan  Yerussalem dan melakukan pembebasan terhadap kota-kota disekitar Yerussalem beliau selalu mendahulukan upaya-upaya diplomasi dan penyerahan daripada langsung melakukan penyerbuan militer, tidak hanya itu kebijaksanaan beliau dan kemurahan hatinya menunjukkan kekaguman dunia  padanya ketika Mesjid Al-Aqsa dan Mesjid Umar bin Khattab diambil alih dan dibersihkan tertapi untuk Gereja dan  Makam Suci tetap dibuka dan memberi kebebasan bagi umat Kristiani dan Yahudi  untuk beribadah  di dalamnya,. Sangat berlawanan dengan apa yang dilakukan pemimpin-pemimpin tentara Salib terhadap kaum Muslimin dimana sejarah mencatat bahwa Kota Yerrusalem dibanjiri darah kaum Muslimin yang bantai. Sikap Salahuddin yang penuh kasih sayang dan kemurahan hati serta ketagasan adalah buah dari kesholehan dan bahwa Salahuddin telah berusaha menunjukkan kebaikan bagi seluruh alam yang diperintahkan ajaran Islam. Salahudin Al-Ayubi tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di mesjid kecil bernama Al-Khanagah di Dolorossa. Ruangan yang dimilikinya luasnya hanya bisa menampung kurang dari 6 orang.Walaupun  sebagai raja besar dan pemenang perang, Salahudin sangat menjunjung tinggi kesederhanaan dan menjauhi kemewahan serta korupsi.
Masih ingat Film Kingdom Of Heaven” besutan sutradara Ridley Scott. Ada yang menarik dari film ini yaitu petikan dialog Salahuddin Al Ayyubi dengan Balian pemimpin tentara Salib
Balian : ”Saya serahkan kunci kota Yerussalem kepada anda, tapi anda harus dapat bisa menjamin keselamatan kami, orang-orang non-muslim”
Salahudin: ”Saya akan jamin keselamatan anda”
Balian : ” Apa yang dapat menjamin kami bahwa anda akan menepati janji anda ?” (Balian masih ingat saat-saat Yerussalem jatuh ke tangan pasukan Salib, banyak penduduk sipil muslim yang dibantai sampai kota Yerussalem sesak oleh mayat, dan Balian khawatir Salahudin melakukan hal yang sama )
Salahudin : ” (diam sejenak..menatap tajam Balian) Saya akan menepati janji, Insya Allah ..saya adalah Salahudin saya bukan seperti orang-orang anda”. 

Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan sikap yang adil sebagai pemimpin yang shalih.
Inilah segelintir pesona yang tidak terencana dan tidak pernah diingini oleh mereka yang telah berkhidmat pada Rabbnya untuk memperjuangkan eksistensinya sebagai khalifah, merupakan warisan sejarah yang kita kagumi namun lebih sekedar itu ada makna yang menyiratkan bahwa betapapun acuhnya, kita tidak jauh berbeda dengan sosok-sosok Luar biasa ini ketika keputusan kita ambil untuk memikirkan apa yang menjadi visi kita sebagai manusia?

Maka hadapkanlah wajahmu dengan mantap kepada Fitrah yang telah Allah ciptakan, Fitrah itu tak dapat diubah-ubah, itulah agama yang benar tapi banyak orang yang tidak mengetahuinya. (Qs. Ar Rum,30)
Diri kita bukanlah ciptaan lingkungan, diri kita bukanlah terbentuk oleh pengalaman, prinsip kita bukanlah terbentuk oleh prinsip-prinsip kehidupan, kita bukan dibentuk oleh Literatur, Kita bukan dibentuk oleh pengalaman, kita bukan dibentuk oleh kepentingan, tapi diri kita adalah RUH YANG TERCIPTA OLEH TIUPAN ALLAH SWT didalam titik yang terdalam SPRITUALITAS (ANONIM)
Terinspirasi dari Pesona kesholehan Salahuddin AL Ayyubi maka jelaslah bahwa manusia memiliki keputusan atas dirinya untuk apa dan bagaimana ia seharusnya, kepada siapa ia harus bertanya dan meminta dan apa yang menjadi pedoman dalam hidupnya, sekiranya beginilah kita membangun kesadaran spiritualitas yang merupakan fitrah yang tak bisa dibantah apa lagi mengajukan protes atasnya, Spiritualitas yang akan membentuk presepsi-presepsi baru tentang kita dan membuka semua belenggu presepsi-presepsi yang membuat kita tidak memiliki identitas sebagaimana ia seharusnya, berpijak pada keluhuran dan kemurnian berfikir yang berdasar pada konsep spiritualitas manusia maka kelak ia akan menemukan kehidupan yang lepas dari kefanaan lepas dari batas-batas duniawi tentunya, dan seperti yang telah disampaikan bahwa kehidupan akhiratlah yang menjadi muara proses panjang ini, bukan soal mengabaikan kehidupan duniawi tetapi adalah duniawi tempat kita berproses hingga kesuksesan akhirat bisa kita raih, seperti ungkapan kejarlah akhiratmu maka dunia akan ikut bersamamu, lantas apakah Spiritualitas adalah soal aktivitas beribadah atau sederetan rutinitas keagamaan yang membuat kita layaknya seorang rahib yang menyendiri dalam sunyi, tentu saja bukan seperti itu. Dalam konsep spiritualitas menurut Ari Ginanjar ada 3 elemen dasar manusia memahami konsep dirinya sebagai makhluk yang tak pernah lepas dari fitrah dan fitrah manusia tidak pernah bisa dipisahkan dari nilai Spiritualitas. Ketiga hal ini adalah ihsan, rukun iman dan rukun islam atau sangat terkenal dengan istilah “ESQ Way 165”, mengapa merujuk ketiga elemen ini alasannya sederhana karena manusia  hidup tidak pernah lepas dari keinginannya untuk mencari makna, dan makna itu terletak pada hati inilah mengapa  kecerdasan Spiritualitas menjadi dasar dari IQ maupun EQ, lebih jelasnya mari kita lanjutkan pembahasan tentang kecerdasan Spiritualitas
Unsur fundamen ini memang telah gamblang di sampaikan oleh Rasulullah SAW,melalui hadistnya yang sangat populer, “di dalam tubuh ini ada segumpal daging yang jika ia baik maka baik pula yang lainnya, sebaliknya yang apabila ia jelek maka jeleklah semuanya. Dan yang dimaksud daging itu ialah Qolbu.
Bahkan perkembangan ilmu psikologi pun telah sampai pada kesimpulan bahwa kecerdasan intelektualitas dan emosionalitas tanpa bersumber spiritualitas akan kehabisan energi dan berbelok arah (Stephen R Covey)
Manusia dalam menjalani hidup tidak cukup hanya dengan mengandalkan kemampuan Intelektual maupun kemampuan Sosialnya, manusia perlu dibekali kemampuan Spiritual yang matang sebelum ia lebih jauh melangkah dalam hidup ini, menurut Aa Gym menjadi cerdas belum tentu mulia, kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya di jalan yang benar. Itulah mengapa manusia yang sadar akan selalu memaknai segala aktivitasnya pada sumber Kebenaran dan sumber kebenaran itu sendiri terletak pada Qalbu atau hati, dan kecerdasan Spiritualitaslah yang  membimbing seseorang untuk mengenal dan mengatahui sumber kebenaran.
Hati mengarahkan kita untuk bisa berfikir jernih, melihat segala sesuatu secara terang dan memperhatikan segala aspek yang mempengaruhi suatu hal sehingga kita menemukan cara paling tepat dalam menyikapi dan memberikan value atas sesuatu, namun dalam hal ini kita perlu kembali menyimak apa yang terkandung dalam hadist Rasulullah di atas, bahwa kebaikan hati atau kalbu sangat penting karena ia menkadi central daripada kualitas seseorang baik dalam berfikir, berkata, maupun bertindak oleh karenanya menurut Ary Ginanjar hati harus dikembalikan pada fitrahnya yaitu merujuk pada hubungan seseorang dengan Rabbnya, inilah spritualitas yang menuntut seseorang untuk senantiasa memahami dan menjalani fitrahnya sebagai seorang hamba, yaitu semata-mata beribadah kepada Allah SWT. Menjadikan segala aktivitas kehidupan hanya untuk beribadah atau menghadirkan makna ibadah itu sendiri dalam kehidupannya, inilah pemaknaan kecerdasan Spritualitas yang mengantarkan seseorang menjadi figure manusia yang paripurna menjadi sebagaimana contoh figure Salahuddin Al Ayyubi yang menyandarkan segala sesuatunya hanya Pada Allah SWT. Selanjutnya manusia perlu tahu prinsip-prinsip apa saja yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjadi demikian dan hal ini dalam pendekatan pisikologis dan religious Ary Ginanjarkan menjelaskannya dalam konsep “ESQ WAY 165”.
 Berikut Penjelasan singkat tentang ESQ WAY 165 yang saya peroleh dari salah satu Artikel
Rumusan Ari Ginanjar “ESQ way 165″
Dalam buku ESQ, Ari Ginanjar merumuskan ihsan, rukun iman dan rukun Islam dengan “ESQ way 165″. Simbol 165 merupakan jabaran dari 1 ihsan, 6 rukun iman dan 5 rukun Islam. Berikut ini akan kami coba menerangkan bagaimana Ari Ginanjar merumuskan rumusan “ESQ way 165″.
a. Zero Mind Process (ZMP) atau Penjernihan Emosi
Ari Ginanjar ketika menerangkan bagaimana rumusan 1 ihsan, ia menggunakan bahasanya sendiri yakni zero mind process (proses penjernihan emosi). Dalam upaya untuk melakukan penjernihan emosi, Ari Ginanjar mengungkapkan dengan tujuh langkah yang dapat dilakukan untuk menuju sebuah kejernihan emosi yaitu antara lain:
a) Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka baik terhadap orang.
b) Berprinsiplah selalu kepada Allah yang Maha Abadi.
c) Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berpikirlah merdeka.
d) Dengarlah suara hati, berpeganglah prinsip karena Allah, berpikirlah melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.
e) Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan suara hati yang bersumber dari asmaul husna.
f) Periksa pikiran anda terlebih dahulu sebelum menilai segala sesuatu, jangan melihat sesuatu karena pikiran anda tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
g) Ingatlah bahwa segala ilmu pengetahuan adalah bersumber dari Allah.
Hasil akhir dari zero mind process atau penjernihan emosi adalah seseorang yang telah terbebas dari belenggu prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang menyesatkan, pengalaman yang mempengaruhi pikiran, egoisme kepentingan dan prioritas, pembanding-pembanding yang subjektif, dan terbebas dari pengaruh belenggu literatur-literatur yang menyesatkan. Pemaknaan ihsan seperti ini jelas berbeda dengan seperti pemaknaan yang telah dikenal sebelumnya. Karena makna ihsan yang dikenal sebelumnya merupakan bentuk ibadah yang kita lakukan sepenuhnya diperhatikan oleh Allah dan Allah akan selalu mengawasi kita di manapun kita berada. Rumusan Ari Ginanjar tentang ihsan ini merupakan rumusan prinsip dari makna ihsan dihubungkan dengan realita kehidupan masyarakat yang ada.
b. 6 Asas Pembangunan Mental
Langkah selanjutnya untuk menjadi seorang yang paripurna atau sempurna melalui ESQ menurut Ari Ginanjar adalah dengan melakukan 6 asas pembangunan mental. 6 asas ini merupakan pemaknaan dari 6 rukun iman yang merupakan bagian dari ajaran Islam. 6 asas pembangunan mental tersebut antara lain:
i. Prinsip Bintang (Iman Kepada Allah)
Asas yang pertama ini merupakan penjabaran dari makna iman kepada Allah dalam rukun iman. Menurut Ari Ginanjar, prinsip seorang bintang adalah memiliki rasa aman intrinsik, kepercayaan diri yang tinggi, integritas yang kuat, bersikap bijaksana, dan memiliki motivasi yang tinggi, semua dilandasi dan dibangun karena iman kepada Allah. Penjelasan ini merupakan didasarkan kepada prinsip makna iman kepada Allah dengan dihubungkan dengan realita yang ada sehingga makna iman kepada Allah menjadi hidup dalam kehidupan manusia.
ii. Prinsip Malaikat (Iman Kepada Malaikat)
Asas yang kedua ini merupakan penjabaran dari makna iman kepada malaikat dalam rukun iman. Menurut Ari Ginanjar, orang yang berprinsip seperti malaikat akan menghasil orang yang sebagai berikut yakni seseorang yang memiliki tingkat loyalitas tinggi, komitmen yang kuat, memiliki kebiasaan untuk mengawali dan memberi, suka menolong dan memiliki sikap saling percaya. Dengan demikian, Ari Ginanjar menyatakan bahwa untuk menjadi seorang seperti malaikat, maka dia harus bisa mempraktekkan kebaikan dan ciri-ciri yang malaikat punya di dalam kehidupan sehingga orang tersebut akan menjadi manusia yang paripurna.
iii. Prinsip Kepemimpinan (Iman Kepada Rasul Allah)
Asas yang ketiga ini merupakan makna penjabaran dari iman kepada rasul atau utusan Allah dalam rukun iman. Pemimpin sejati menurut Ari Ginanjar adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang kuat sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mempelajari pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Memimpin berdasarkan atas suara hati yang fitrah. Dengan meneladani sifat-sifat dari rasul, maka akan membuat kita memiliki prinsip kepemimpinan yang menentramkan masyarakat.
iv. Prinsip Pembelajaran (Iman Kepada Kitab Allah)
Asas yang keempat ini merupakan makna penjabaran dari iman kepada kitab-kitab Allah dalam rukun iman. Menurut Ari Ginanjar, hasil dari proses pembelajaran antara lain:
• Memiliki kebiasaan membaca buku dan situasi dengan cermat.
• Selalu berpikir kritis dan mendalam.
• Selalu mengevaluasi pemikirannya kembali.
• Bersikap terbuka untuk mengadakan penyempurnaan.
• Memiliki pedoman yang kuat dalam belajar yaitu berpegang hanya kepada Allah.
Hasil dari proses pembelajaran di atas merupakan sebuah pemikiran yang sesuai dengan konteks yang harus dilakukan oleh semua orang dalam mempraktekkan iman kepada kitab-kitab Allah, sehingga kitab-kitab Allah menjadi lebih membumi di dalam kehidupan manusia.
v. Prinsip Visi ke Depan (Iman Kepada Hari Akhir)
Asas yang kelima ini merupakan makna penjabaran dari iman kepada hari akhir (kiamat) dalam rukun iman. Hasil dari prinsip masa depan menurut Ari Ginanjar yakni selalu berorientasi kepada tujuan akhir dalam setiap langkah yang dibuat, melakukan setiap langkah secara optimal dan sungguh-sungguh, memiliki kendali diri dan sosial karena telah memiliki kesadaran akan adanya hari kemudian, memiliki kepastian akan masa depan dan memiliki ketenangan batiniah yang tinggi yang tercipta oleh keyakinannya akan adanya hari pembalasan.
Dengan kesadaran visi akan hari akhir tersebut, akan mendorong manusia terus berbuat dan berjuang dengan sebaik-baiknya di muka bumi hingga akhir hayat tanpa perlu diri merasa berhenti.
vi. Prinsip Keteraturan (Iman Kepada Qadha dan Qadar)

Asas yang keenam ini merupakan penjabaran dari iman kepada qadha dan qadar dalam rukun iman. Menurut Ari Ginanjar, hasil dari prinsip keteraturan akan memiliki kesadaran, ketenangan dan keyakinan dalam berusaha karena pengetahuan akan kepastian hukum alam dan hukum sosial, memahami akan arti penting sebuah proses yang harus dilalui, selalu berorientasi kepada pembentukan sistem dan selalu berupaya menjaga sistem yang telah dibentuk. Inilah yang akan didapat oleh orang yang menjalankan prinsip keteraturan, sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna karena sadar bahwa hidup ini sudah ada keteraturannya dari Allah.
c. 5 Prinsip Ketangguhan
Setelah melakukan 6 asas pembentukan mental, langkah selanjutnya untuk menjadi manusia yang paripurna menurut ESQ Ari Ginanjar yakni dengan melakukan 5 prinsip ketangguhan. 5 Prinsip Ketangguhan ini merupakan penjabaran makna dari 5 rukun Iman yang ada dalam ajaran Islam. Ari Ginanjar membagi 5 prinsip ketangguhan ini menjadi dua bagian yakni 3 prinsip ketangguhan pribadi dan 2 prinsip ketangguhan sosial.

a) 3 Prinsip Ketangguhan Pribadi
Menurut Ari Ginanjar, ketengguhan pribadi adalah seseorang yang telah memiliki prinsip 6 asas pembentukan mental. Kemudian untuk menjadi pribadi yang sukses, ditambah dengan 3 langkah sukses yaitu:

i. Prinsip Penetapan Misi (Syahadat)
Prinsip ketangguhan pribadi yang pertama ini merupakan penjabaran makna dari syahadat dalam rukun Islam. Menurut Ari Ginanjar, penetapan misi melalui syahadat akan menciptakan suatu dorongan kekuatan untuk mencapai keberhasilan. Hasil dari penetapan misi ini menurut Ari Ginanjar antara lain bahwa syahadat akan membangun suatu keyakinan dalam berusaha, syahadat akan menciptakan suatu daya dorong dalam upaya mencapai suatu tujuan, syahadat akan membangkitkan suatu keberanian dan optimisme sekaligus menciptakan ketenangan batiniah dalam menjalankan misi hidup.

ii. Prinsip Pembangunan Karakter (Shalat)
Prinsip pembangunan karakter merupakan makna penjabaran dari rukun Islam yang kedua yakni shalat. Menurut Ari Ginanjar, shalat sebagai tempat untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan pikiran, dan pelaksanaan shalat juga suatu mekanisme yang bisa menambah energi baru yang terakumulasi sehingga menjadi suatu kumpulan dorongan dahsyat untuk segera berkarya dan mengaplikasikan pemikirannya ke dalam alam realita.
Menurut Ari Ginanjar, hasil dari pembangunan karakter: shalat adalah suatu metode relaksasi untuk menjaga kesadaran diri agar tetap memiliki cara berpikir fitrah, shalat adalah suatu langkah untuk membangun kekuatan afirmasi, shalat adalah sebuah metode yang dapat meningkatkan kecerdasan emosi dan spiritual secara terus menerus, shalat adalah suatu teknik pembentukan pengalaman yang membangun suatu paradigma positif, dan shalat adalah suatu cara untuk terus mengasah dan mempertajam kecerdasan emosi dan spiritual yang diperoleh dari rukun iman.

iii. Prinsip Pengendalian Diri (Puasa)
Prinsip yang ketiga ini dari ketangguhan pribadi yakni prinsip pengendalian diri merupakan penjabaran makna dari rukun Islam ketiga yakni shalat. Menurut Ari Ginanjar, puasa adalah kemampuan menahan dan mengendalikan diri untuk tidak hanya berkeinginan menjadi seorang pemimpin dengan mengatasnamakan orang lain untuk tujuan pribadi serta keuntungan tertentu. Akan tetapi menyadari bahwa pemimpin adalah salah satu tugas yang maha berat untuk membawa umat ke arah kebahagiaan dengan hati nurani.
Ari Ginanjar mengungkapkan, bahwa hasil pengendalian diri: puasa adalah suatu metodepelatian untuk pengendalian diri, puasa bertujuan untuk meraih kemerdekaan sejati dan pembebasan belenggu nafsu yang tisak terkendali, puasa yang baik akan memelihara aset kita yang paling berharga yakni fitrah diri, tujuan puasa lainnya untuk mengendalikan suasana hati, juga pelatihan untuk mengendalikan suasana hati, juga pelatihan untuk menjaga prinsip-prinsip yang telah dianut berdasarkan rukun iman.

b) 2 Prinsip Ketangguhan Sosial
Setelah Ari Ginanjar membahas 3 prinsip ketangguhan pribadi, dia menjelaskan bahwa untuk menjadi manusia sempurna secara kecerdasan emosi dan spiritual juga membutuhkan kepada sosial. Oleh karena itu, untuk melengkapi ketangguhan diri perlu adanya ketangguhan sosial. Maka dari itu, Ari Ginanjar membagi 2 prinsip ketangguhan sosial yang merupakan penjabaran dari prinsip zakat dan haji di dalam rukun Islam.

i. Prinsip Stategi Kolaborasi (Zakat)
Strategi kolaborasi merupakan penjabaran dari rukun Islam keempat yakni zakat. Menurut Ari Ginanjar, zakat adalah suatu upaya untuk memanggil dan mengangkat ke permukaan suara hati untuk menjadi dermawan dan untuk memberi rezeki kepada orang lain. Selanjutnya Ari Ginanjar berpendapat bahwa pada prinsipnya, zakat bukan hanya sebatas memberi 2,5 % dari penghasilan bersih yang kita miliki. Akan tetapi, prinsip zakat dalam arti luas seperti memberi penghargaan dan perhatian kepada orang lain, menepati janji yang sudah anda berikan, bersikap toleran, mau mendengar orang lain, bersikap empati, menunjukkan integritas, menunjukkan sikap rahman dan rahim kepada orang lain.

ii. Prinsip Aplikasi Total (Haji)
Prinsip ini merupakan penjabaran dari rukun Islam kelima yakni haji. Menurut Ari Ginanjar, haji adalah suatu wujud kesalarasan antara idealisme dan praktek, keselarasan antara iman dan Islam. Haji adalah suatu transformasi prinsip dan langkah secara total (thawaf), konsistensi dan persistensi perjuangan (sa`i), evaluasi dari prinsip dan langkah yang telah dibuat dan visualisasi masa depan melalui prinsip berpikir dan cara melangkah yang fitrah (wukuf). Haji juga merupakan suatu pelatihan sinergi dalam skala tertinggi dan haji adalah persiapan fisik secara mental dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan (lontar jumrah).
C. Kesimpulan
Dalam membahas ihsan, rukun iman dan rukun Islam, Ari Ginanjar membahasnya dengan berbeda dan merefleksikan bagaimana ketiga hal tersebut dapat diterapkan di kehidupan manusia sehingga manusia menjadi manusia yang memiliki kecerdasan, tidak hanya IQ (kecerdasan intelektual) akan tetapi memiliki kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) sehingga menjadi manusia yang sempurna yang dapat mengambil keputusan dalam hidupnya sesuai dengan kehendak Tuhan, kehendak manusia, dan kehendak alam.

Nah mungkin yang secuil ini bisa menjadi manivestasi kecerdasan kita dalam menjalani kontrak kehidupan kita dengan Allah SWT, karena sadar atau tidak mau atau tidak mau hidup ini terikat dengan kontrak yang berjangka, jadi keputusan untuk hidup secara benar dan kembali kepada fitrah harus segera kita ambil, tidak cukup hanya dengan alasan bahwa saya sedang mencari jati diri, dan ingin menikmati hidup ini, dengan cara yang  tidak sesuai dengan kejernihan dan kebenaran meski itu terlihat menyenangkan atau sesuai, bukankah kita telah dibekali akal yang jeli untuk menilai mana yang benar mana yang salah, mana yang paling benar atau mana yang sebenarnya menyimpan kebenaran yang hakiki, So… lakukan pembenahan dan terus berproses ke arah yang lebih baik… Gambatte Kudasai!@@@#


Jumat, 10 Februari 2012

Cerita Sahabat

Hari itu gerimis menyisakan dingin seperti membalut raganya yang mulai rapuh, pesona alami yang dikaguminya selama ini, membuatnya terus menyandarkan masalah demi masalah pada Sang Pemilik, keadaan yang natural kadang membuat dirinya berkemoflase dibawah alam bawah sadar, seolah memiliki dinding yang memisahkan ruang kendali akal, dengan kesadarannya hal ini berlaku ketika sebuah energi telah berhasil menembus dimensi logika, dan memanipulasi sebuah ruang diantara sekian banyak ruang dan aku menyebut energi itu adalah cinta, seperti kata para ahli cinta bisa memanipulasi logika, dan itulah yang terjadi pada sahabatku yang satu ini.....
Dia telah melewati tes psikologis dengan panduan buku tes psikologi manusia dan kesimpulannya dia memiliki persentase penggunaan logika lebih dominan dibandingkan penggunaan perasaan, selama ini dia menyakini 100% hal ini benar, oleh karenanya ia selalu menyandarkan segala permasalahan pada logikanya yang mungkin terlalu polos untuk memaknai dan memahami segala permasalahan hidup, lebih mendahulukan logika dibanding perasaan hal inilah yang selalu menjadi rumus setiap kali dia menghadapi masalah atau tatangan, meski dia sadar tidak semuanya bisa dilogikakan.
Baru-baru ini kami bertemu sudah sekian lama kami tidak berkumpul dan berbagi informasi tentang apa yang kami jalani dalam hidup ini, Alhamdulillah dia telah meyelesaikan studinya, dan berharap kelak bisa menjadi pribadi yang selama ini ia impikan, kemandirian ketegasan dan disiplin tinggi itulah yang dia inginkan, sahabat itulah kata yang menenangkan selain kata kekasih, jika menyadari kehadiranya maka hati ini akan tenang, terserah kita siapapun yang menurut kita patut dianggap sahabat, karea begitulah sahabat selalu saja mengisi ruang derita dengan siraman pengertian, nasehat dan kasih sayang, adara adeeba nama sahabatku yang serius tapi tidak bisa tegas apalagi pada dirinya, kali ini aku akan bercerita tentang dirinya setelah sekian lama kami tidak pernah berjumpa dan beberapa waktu yang lalu kami sempat bertemu. Dan untuk sebuah perpisahan yang cukup lama hanya terbayaarkan dengan satu senyuman ditambah segudang cerita yang tak beraturan,penuh canda, tawa, air mata, berbeda sewaktu kami kanak-kanak, hanya ada permainan dan pertengkaaran tapi seperti itulah kisah kami.. ..(smoga kali ini dia tidak protes ketika kutulis kisahnya dalam kisahku), seperti bait puisi ini..
ukuhuwah itu...
Bukan terletak pada pertemuan...
Bukan pula pada manisnya ucapan di bibir...
Tapi , pada ingatan seseorang
terhadap saudaranya di dalam doanya
seseorang yang istimewa, bukan yang selalu didepan mata...
dan bukan juga yang senantiasa di sisi kita
tapi, ia yang setia dihati
dan mengingat kita dalam setiap bisikan doanya
semoga wajahku selalu ada disetiap rabithamu ukh...
karena sesungguhnya hati ini telah bertaut erat
dalam ukhuwah yang wonderfull and powerfull ini.. diambil dari potongan sms seorang ukhti

melihat wajahnya yang sendu rasanya hatiku melambai menuju kebahagiaan
oh sahabatku yang terpisah sekian lamanya kini wajah aslimu tampak berbeda, mengarungi waktu tanpaku kini kau terlihat dewasa, tidak ada mimik manja, tidak ada mimik keceriaan khas anak-anak, kini garis wajahmu penuh dengan kesahajaan dan kekuatan aku bisa merasakan pancarannya, ditambah lagi pemandangan balutan busanamu yang auranya penuh kesucian, kau telah menjadi muslimah setelah dulu kita berdebat soal ini, tapi sudahlah semuanya terasa cukup... cukup ....aku bangga menjadi sahabatmu to be continued

sahabatku memang berubah 180 derajat memang dulu ia adalah sosok yang tomboi tapi sangat manja, dia menyukai hal-hal yang membuatnya merasa menjadi seorang pengamat, tepatnya ia sangat suka mengamati bayak hal termasuk prilaku manusia disekelilingnya dan kini itu semua terpuaskan dengan gelarnya sebagai sarjana pisikologi, sebuah cita-cita yang menjadi mata rantai mimpi-mimpinya itu katanya, perjalanannya menjadi seorang pisikolog amatiran membuatnya berjumpa pada sosok kepribadian yang tidak ada dalam cacatan teorinya selama ini sebuah pribadi yang identik dengan spiritualitas, sosok religus yang tidak sengaja dia kagumi, dan sosok ini pulalah yang membuatnya bermetamorfosisi menjadi seorang muslimah sejati
disuatu tempat aku tak tahu namanya
aku duduk terdiam menunggu dengan hati penasaran
menunggu sesuatu yang tidak sengaja memikat hati ini
kutunggu dan selalu kutunggu tidak ada alasan yang jelas
hanya ada satu hal yang tidak bisa kumengerti membuatku begini
ah sudahlah semua itu tidak penting,
bahkan seharian waktuku habis untuk menunggu itu juga tak penting
yang terpenting adalah bagaimana aku tahu,
apa yang kau miliki hingga degub jantungku kini berubah aneh
seperti itulah awalnya dari rasa berubah menjadi asa, dan dari asa itupula mengantarkan adaara seperti sekarang ini, cerita begitu melankolis ia utarakan setiap halama-halaman mailnya membuatku kadang tersenyum dan khawatir lantaran kutahu awal perubahannya menjadi seorang akhwat adalah dari rasa kagum itu pada seorang ikhwah dikampusnya, tepatnya mereka kuliah difakultas yang sama yaitu fakultas pisikologi, aku takut ini tidak membuatnya istiqomah karena niatnya pun dunia semata, Ah tapi aku tidak lebih tahu soal ini, apapun motivasinya hingga ia berubah toh hanyalah awal yang belum berakhir, kelak kepahamannya dengan semua yang mengiringi langkahnya selama ini mungkin akan merubah niatnya dipertengahan bahkan akhir, bukankah keihklasan itu juga butuh proses, dan proses panjang itu membuat saudariku ini semakin memaknai dirinya sebagai seorang muslimah sejati alhamdulillah...
semakin lama komunikasi kami via email diyahoo.. membuat kekhwatiranku lenyap, dari cerita melankolis itu kini setahap demi setahap berubah menjadi cerita tentang ghiroh dan cinta yang sebenarnya, syukurku doaku untuknya terkabul. Adara aktif di salah satu organisasi ekstra dikampusnya yang berafiliasi dengan dakwah kampus dari situ ia menjadi sangat hiperaktif mengurus ini dan itu, mulai belajar mengisi pengajian bahkan berani menambah kelompok halaqoh untuk ia bina, demi semua itu iapun intens mengikuti pengajian-pengajian bersama ustadz dan mengambil kursus bahasa arab, betapa luar biasa perubahannya bahkan aku iri dengannya, karena sampai sekarang aku belum mengikuti kursus bahasa arab. Selama ini kami lebih sering berkomunikasi lewat mail, atau hanya sms sekedar menanyakan kabar. Betapa ingin kulihat ia lebih nyata dihadapanku dan memeluknya erat-erat dan berbisik hal-hal yang membuat tertawa cekikikan seperti, mengingatkannya tentang pengalaman kami sewaktu SMA dulu, pengalaman kami menjahili seorang cowok narsis disekolah kami, kalw diingat-ingat sangatlah membuat kami malu dan disaat bersamaan kami tak bisa menahan tawa karena sangat lucu, dulu kami selalu jalan berdua kebetulan kami sekelas Adaara saat itu adalah gadis belia yang rada tomboi namun pancaran kecantikannya tak berkurang sedikitpun, banyak teman laki-laki yang menyukainya bahkan bersaing untuk mendapatkannya, tapi semuanya tak ada yang berhasil Adaara tidak seperti dengan gadis remaja lainnya, yang menginginkan kehadiran seorang spesial saat itu, selain aku ia tidak begitu dekat dengan yang lain, masa SMA kami habiskan bersama, entah diruang perpustakaan kami sering membaca bahkan berdiskusi, kadang juga tertidur sampai perpustakaannya tutup, ataukah hanya duduk bersama menceritakan diri kami masing-masing di taman dekat sekolah, Adaara selalu bermain kerumah dan mengerjakan tugas sekolah bersamaku, kami juga ikut bimbingan belajar bersama, Adaara anak seorang pengusaha ternama dedaerahku, hanya saja ia tidak tinggal dengan kedua orang tuanya, ia tinggal dengan neneknya dan pamannya, Adaara sangat disayang namun ia tidak menyukai perhatian lebih dari keluarganya, ia lebih suka bersamaku tinggal dan tidur dirumahku yang sederhana, sampai suatu waktu Ayahku dipindahkan tugaskan ke Kota Samarinda. Hanya 4 tahun kami bersama sejak SMP sampai SMA kelas 1, aku harus pergi meninggalkan sahabatku satu-satunya. Dia tidak terlihat bersedih ia tetap tersenyum dan memintaku untuk sering-sering menghubunginya dan jika liburan aku harus datang mengunjunginya, aku hanya menahan tangis perpisahan dengan membalas senyumannya ia pun memelukku sambil menepuk-nepuk pundakku. Meski ia terlihat tegar aku tahu ia akan sangat kehilangan seorang sahabat, aku tahu karena dia sangat sulit dekat dengan orang ia terkesan individual dan lebih sering menyendiri, namun kini semuanya tergantikan dengan harga kehidupan yang tak ternilai, dimana-mana Adara dikenal banyak orang, khususnya dikalangan ADK hingga sarjana Adara masih sering diundang membawakan sebuah seminar khususnya masalah psikologi maklum ia juga mantan pengurus senat yang aktif dan vocal namun ia tetap disenangi, usianya kini beranjak dewasa 24 tahun cukuplah untuk dikatakan siap membina sebuah rumah tangga atau menyandang gelar istri sholehah sebagai penyempurna identitas kemuslimahannya, tapi tidak hingga usianya kini melewati 24 tahun Adara tetap tidak memberi target untuk hal itu, ia lebih senang menargetkan karirnya khususnya dalam hal dakwah, meskipun beberapa kali Uztadzah menyarankan tapi sepertinya ada target lain yang ingin dicapai terlebih dahulu, setahuku dia membina 5 halaqoh akhwat dikampus dan 1 untuk halaqoh teman-teman kerjanya dikantor, sementara itu impiannya menjadi dosen psikologi pun sudah terwujud, belum lagi LPJ sebagai Ketua Jarmus sudah dia laksanakan dan hasilnya diterima dengan sangat baik, sementara posisinya sebagai pembina Organda, dan juga Senat Mahasiswa Psikologi sudah selesai masa kerja, apa lagi yang dia targetkan… mungkinkah dia masih menyimpan benang-benang harapan pada sang ikhwan?, aku tidak tahu itu sudah lama sekali dia tidak menyingung soal itu bahkan dari bahasa tubuhnya pun sepertinya dia telah melupakan masa-masa melonkolis 4 tahun silam.. lalu apa yang membuatnya betah bertahan menjadi akhwat yang menyendiri ditemani kesibukan yang tiada henti… belakangan kami tidak lagi mengirim mail satu sama lain.. mungkin sudah dua bulan, ku fikir dia saking sibuknya sampai lupa berbagi cerita , dan kuputuskan untuk tidak bertanya dan menunggu saja kabar darinya. Tapi jujur kadang aku penasaran dan selalu ingin menebak apa yang ada dalam fikirannya, Adaara ada apa dengan mu mungkinkah kau lupa dengan apa yang pernah kau impikan soal teman sejati di taman penuh cinta?...To Be Continued