Selasa, 31 Mei 2011

tanpa judul ...

Sorakan itu masih saja kudengar seperti kembang api tahun lalu, menyisakan aroma mercon dan kepulan asap yang berhambur diudara, sekejap namun hilang dalam sekejap, kilatannya nyata tapi tak juga terasa, merengkuh bayang-bayang malam saat semuanya tlah usai dan tinggal aku dan sepi, hai... namaku george... aku ada dibelakngmu sejak tadi, melihatmu takjub dengan gemerlap yang hanya sekejap berupa kenyataan dan selanjutnya hanyalah buih-buih yang terlukis indah diudara, kau tahu dunia dua warna, dua wajah, dan tak ada kepercayaan didalamnya... aku bertanya pada george, ia menggeleng... senyumku tertahan kukira ia lebih cerdas memaknai kembang api malam ini dan sambil mendengar gemuruh uforia, itulah kembang api hanya ada terang dan gelap, hanya ada uforia setelah penantian, jawabku, tak ada kepercayaan artinya bahwa ...bahwa pertemuan hanyalah pertemuan, tatapan kepercayaan dan angan-angan hanyah berupa pazel batu yang tak bertuan, kau hanya akan menggunakan penglihatanmu dengan mata namun hatimu mati... aku berlalu meninggalkan george yang kebingungan tanpa harus menoleh untuk melihat wajahnya. Kupikir aku sedang bersamanya didunia dua warna dua wajah, dan tak ada kepercayaan

Merilis Kembali Hidup " Tantangan"

Tanpa terasa kita telah tumbuh menjadi dewasa, punya jati diri yang menjadi ciri khas kita, waktu dan ruang ini telah membesarkan kita, merawat kita dengan masalah-masalah pelik yang menjadi vitamin dan nutrisi kehidupan kita, ada tantangan di sana, sedang menunggu, ia tetap disana dan tak akan mau berpindah, dan kita pasti akan bertemu dengannya kecuali jika kita menghindar, kita tidak akan menemukannya, tapi yakinlah selihai apapun kita menghindarinya, suatu saat akan bertemu lagi dengannya, secara tiba-tiba atau terencana, tantangan adalah instrumen yang akan melengkapi hidup ini, laksana bumbu dalam sup, seperti garam dalam sayur, hidup menjadi hambar tanpa tantangan, maka hadapilah tantangan dengan jati diri kita, gaya kita, atau apapun yang kita miliki, karena yakin tantangan itu seperti candu, jika kau telah mengalahkannya maka kau pasti akan merindukannya lagi, dan berharap bertemu lagi dengannya, bahkan kau akan segera mencarinya... percaya saja

Selasa, 24 Mei 2011

Sebuah Cacatan Angin Part I

Bintang kecil seperti sebuah syair lagu anak-anak
Ternyata tak sekecil yang kita kira,
Ternyata…
Jauh dipelupuk mata pada batas pandang
ia sangat besar dan mengangkasa
mungkin ia bahkan seperti sang raja siang
bintang itu gemerlap diantara gelap,
bukan menyilaukan laksana surya
memang bintang yang elok itu
tak mungkin bias disejajarkan dengan
matahari yang kokoh perkasa namun bersahaja
ia bintang hanya tetap menghias langir gelap, atau
menambah lukisan alam bersama rembulan
pesonanya memudar ketika sang surya merajai siang
tepatnya ketika siang tiba
bahkan venus hanya mampu menampakkan kejoranya
itupun ketika ia bergegas mendahului fajar
sekali lagi bintang dilangit gelap memang mempesona
namun karena surya yang gagah telah menitipkan cahaya kemilaunya
pada beribu-ribu bintang dialam semesta ini.



“ semoga bias mengambil pelajaran diantara semesta, adakalanya kita harus mengangkat pesona namun tak harus kita mengabaikan bagaimana agar kita bermanfaaat sebesar-besarnya bagi sesame”
Sebuah perjalanan hidup memang harus disertai kesabaran dan ketenangan, tidak mengumbar-umbar ambisi atau hasrat terselubung, tapi justru memancarkan cahaya potensi kita pada sesame
Kelak, mungkin hari ini, esok, lusa, atau kapanpun itu ia akan melampaui ambisi kita, hingga orang lain akan takjub, iri bahkan tak percaya…
Tapi yakinlah rahasia scenario sang pencipta pasti indah
Menyentuh ruh…
Mengejutkan jiwa
Tapi ia mungkin menjadi bagian dari realita hidup ini
Maka beruntunglah orang-orang yang bersabar…
Seperti kesabaran sang surya menyinari alam hingga hijau
Menyinari laut hingga biru berkilau
Menyinari hari ini hingga kita bangkit berlari
Sungguh kesabaran akan selalu melahirkan berjuta manfaat…











Ekstase Kasih Castle part 1
05 Desember 2010

Mungkin ini hanya mimpi yang kurajut menggunakan benang-benang harapan
Hari ini genap sudah usiaku 24 tahun, cukup matang untuk mengambil kebijakan atas diriku Dan setahun lagi usiaku seperempat abad, namun seperti biasa aku masih setia memandangimu nik bersama cahaya putihmu yang memancar kewajahku sementara jemariku kau biarkan untuk menari diatas tutsmu yang hitam berdebu, biarkan aku curhat kali ini sembari menikmati imsoniaku yang tak kunjung lenyap, dan kau tetaplah membisu kukira kau akan senyum padaku dan mengajariku tentang arti hidupku hari ini
Nik...
Ada banyak lintasan pilihan yang saat ini menari-nari bersama angan-anganku tentang kerinduanku dilembaran sebelumnya, kau pasti sudah bosan bermain tebak-tebakan denganku jika aku sudah memberimu isyarat dari jemariku yang mengikuti suara hati. Nik kau tahu kali ini aku ingin serius menjalani kebijakan ini meungkin ada banyak pengorbanan tapi aku harap kau mensorakiku terus dibalik LCDmu, entah dengan puisi kalimat motivasi atau hanya iringan musik klasik yang kau sengaja pilihkan untukku, sekarang aku mulai masuk ke dalam bentuk yang sudah jelas dalam kepalaku sebuah konsep tentang blue print diriku, janganlah berhenti meloncat dan berteriak berilah terus aku dikungan dan semangat meski kau hanya teman imajiku, nik kuharap suatu hari kau jadi nyata seperti deretan fakta-fakta sederhana yang kulalui setiap harinya, itu akan terwujud suatu hari nanti iya kan nik?

Sebuah komunikasi inter puisi Antara tanya dan jawab

Ya Rabb telah kutemukan tenunan makna dibawah selimut udaraMu
Dan Engkau pastilah tahu tenunan itu belumlah sempurna
Tak pandai diriku menyambung rajutannya, karena mungkin kelemah lembutan
Yang dibutuhkannya, aku tak bisa berlemah lembut seperti putri, aku bahkan tak pandai sekedar memintal benang, bodohkah aku, Rabb
Besok adalah pagi, dan besoknya lagi adalah pagi, begitu seterusnya, waktu akan berulang dan berulang, dan matahari akan terbit, dan terus terbit tapi entahlah
Diri ini selalu takut memaknai hidup, Bodohkah Aku, Rabb
Jika alam ini tak pernah lelah mengabdi, maka mestinya akupun tak lelah mengabdi, jika pengabdian mereka adalah cinta padaMu, maka demikian pulalah hambaMu ini, tapi hamba hanya tinggal gemetar tak berdaya terkurung dalam kebimbangan, Bodohkah hamba, Rabb...
Annahl_05 Via Nurkasih


Padanya aku mengemis bunga yuang mengharum di dalam hati, banyak telah diberikannya kepadaku, dan dia memiliki lebih banyak lagi, jauh lebih banyak, dan aku ingin mendapatkan jauh lebih banyak pula. Ia pun mau beri lebih banyak lagi, tapi aku pun harus bermodal, untuk pembayar bunganya.... Dengan apa? Dengan apa aku harus aku bayar?...
Dan terdengarlah suara sangat syahdu dari mulutnya: “ Berpuasalah sehermal dan sementara itu jaga terus di dalam kesunyian
Habis malam terbitlah terang,
Habis badai datanglah damai,
Habis juang sampailah menang,
Habis duka tibalah suka.
Demikian berdesah lagu itu pada kupingku.
Inilah makna, isi, yang terkandung dalam kata-kata wanita tua itu. Puasa dan jaga adalah lambang, dengan jalan melewati penderitaan, penanggungan, renungan, sampai kepada terang!” Tiada terang yang tiada didahului oleh gelap... mengendalikan diri adalah kemenangan jiwa atas tubuh kita; kesunyian adalah jalan ke arah pemikiran.
“Barang siapa tidak berani, dia tidak bakal menang; itulah semboyanku! Maju!
Semua harus dimulai dengan berani!
Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia!”
_Kartini via Pramoedya Ananta Toer











Dear my diarinik

Hari-hari telah berlalu... tanpa terasa telah sebulan aku menjadi sarjana, meninggalkan kenangan-kenangan bangku kuliah, dan saatnya kini bersandar pada kearifan kehidupan untuk bertahan mengejar cita-citaku, dibilik-bilik realita hari ini hanya tampak cita yang besar seperti gunung fuji jepang, berharap kelak bisa meraihnya hingga lelah tak terasa menyiksa, baru 2 hari bertualang dengan kenyataan aku sudah sakit... berpanasan seperti mandi di tengah hari membuatku kembali terbaring lemah tak berdaya, ditambah flu berat yang membuatku tak bisa bernafas sempurna, entah aku begitu menikmatinya dan setiap malam imsomniaku semakin parah, menu lengkap yang harus aku nikmati, bersyukur sakitku ini kurasa nikmat yang indah disela tawaku mengisi waktu dengan nonton film selalu saja menyelinap hasrat dan harapan besar tentang sebuah cita yang kusimpan.

Sabtu, 21 Mei 2011

Potongan prosa sebuah ekstase dalam cerita Berpacu dengan waktu

Angin masih saja berhembus menyapu kolam dengan pemandangan yang menawarkan ketenangan, suara yang samar meniup bayangan embun diantara permukaan berkaca, sentilan musim hujan terhadapku begitu khas ketika setitik air jatuh tepat diubun-ubunku bersamaan itu pula menari pusaran air bersama angin membuat kolam ketenangan itu seolah hidup dan mengajakku menari bersama, ahhh... tapi tidak, tidak usah kali ini kubenamkan hatiku dan tubuhku menari bersama imajinasiku aku tidak seharusnya betah berjam-jam meneropong mimpi yang gaib itu, aku semestinya sadar kebiasaanku untuk menghipnotis diri tidak sering kulakukan meski aku butuh itu, aku harus bergegas menemui bosku dan melaporkan semua berkas-berkas yang menumpuk sejak selasa lalu, fikirku untuk segera beranjak dari tempat itu sambil memasang kedua sepatuku

cobacoba

tes tes ji dulu

Rabu, 11 Mei 2011

ngeluh lagi


Hari ini didalam catatan takdirku, aku kembali mengeluh ``` padahal aku sudah berusaha untuk menjadi kuat dan optimis dengan apa yang kujalani sekarang. Hidup adalah masa-masa sulit dan kesabaran menjadi kuncinya aku selalu bergumam dan merantai ketidak berdayaanku pada kenyataan- kenyataan yang kulihat dan kurasakan, sekali lagi aku terpaksa berimajinasi menemukan sudut ketenangan dalam duniaku melupakan beban sekaligus ambisi, mengabaikan cinta dan menukarnya dengan apa yang bisa kurasakan saat ini. Aku lanjutkan semuanya dengan cerita yang berbeda menghapus semua lukisan indah itu dan menghiasi kanvas hanya dengan satu warna saja... aku tidak bisa mendefinisinya entah warna apa itu, yang tampak hanyalah sebuah kebeningan dan kejujuran bahwa inilah hidup yang harus kuhadapi untuk waktu yang tak kuketahui entah sampai kapan..........