Sabtu, 21 Mei 2011

Potongan prosa sebuah ekstase dalam cerita Berpacu dengan waktu

Angin masih saja berhembus menyapu kolam dengan pemandangan yang menawarkan ketenangan, suara yang samar meniup bayangan embun diantara permukaan berkaca, sentilan musim hujan terhadapku begitu khas ketika setitik air jatuh tepat diubun-ubunku bersamaan itu pula menari pusaran air bersama angin membuat kolam ketenangan itu seolah hidup dan mengajakku menari bersama, ahhh... tapi tidak, tidak usah kali ini kubenamkan hatiku dan tubuhku menari bersama imajinasiku aku tidak seharusnya betah berjam-jam meneropong mimpi yang gaib itu, aku semestinya sadar kebiasaanku untuk menghipnotis diri tidak sering kulakukan meski aku butuh itu, aku harus bergegas menemui bosku dan melaporkan semua berkas-berkas yang menumpuk sejak selasa lalu, fikirku untuk segera beranjak dari tempat itu sambil memasang kedua sepatuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar